
Korban Demo Massal Menjadi Saksi Sejarah || Sebaiknya KAPOLRI Tahu Diri dan Malu, MUNDUR...!
Oleh Aceng Syamsul Hadie, S.Sos., MM.
Ketua Dewan Pembina DPP ASWIN.
Korban demo massal yang meninggal mencapai sekitar 10 orang, antara lain: Affan Kurniawan (21), Muhammad Akbar Basri (26), Sarinawati (26), Saiful Akbar (43), Rusmadiansyah (25), Sumarni (60), Rheza Sendy Pratama (21), Andika Lutfi Falah (16), Iko Juliant Junior (19) dan Septinus Sesa. Sedangkan jumlah ditangkap/diamankan sesuai data sementara mencapai ribuan.
Menurut informasi dari YLBHI mencatat: 10 orang tewas, 3.337 orang ditangkap oleh polisi, sedang Mabes Polri melaporkan: 3.195 orang ditahan, dengan 55 ditetapkan sebagai tersangka dan Polda Metro Jaya: dari 1.240 orang diringkus, 1.113 sudah dipulangkan; sisanya masih dalam proses hukum, kemudian Lokataru Foundation mencatat bahwa Polda Metro Jaya menangkap sekitar 600 orang dalam satu hari demo.
Korban demo massal merupakan kejadian yang memilukan, apalagi ada korban yang meninggal, ini akan dikenang dalam sejarah, apapun alasannya bahwa ini merupakan ketidak berhasilan aparat polisi dalam penanganan aksi demontrasi. Sehingga muncul tuntutan tambahan yaitu mendesak agar Kapolri dicopot jabatannya karena dianggap lalai dan ceroboh dalam menjalankan tugasnya.
Pada dasarnya tidak ada prajurit yang salah, yang salah adalah komandannya, maka seyogianya dan sepatutnya Kapolri untuk tahu diri dan harus merasa malu, tidak perlu menunggu dicopot jabatannya oleh Presiden, seharusnya Kapolri mundur dari jabatannya sebagai bukti pertanggungjawaban atas ketidak berhasilan dalam penanganan aksi demontrasi ini.
Untuk diketahui bahwa beberapa negara di abad 20 sampai sekarang, apabila seorang pimpinan atau panglima gagal dalam menjalankan tugasnya maka dia mengundurkan diri dan dicopot jabatannya, seperti;
* General Douglas MacArthur (AS, 1951) adalah Komandan Pasukan PBB di Perang Korea. Setelah strategi invasi ke Korea Utara gagal dan komentarnya bertentangan dengan kebijakan Presiden Truman, ia dicopot & dipaksa mundur.
* Field Marshal Sir Claude Auchinleck (Inggris, 1942) adalah Komandan Pasukan Inggris di Afrika Utara. Setelah kalah dari Rommel (Jerman) di Libya & Mesir, ia digantikan oleh Bernard Montgomery.
* General Fred C. Weyand (Vietnam, 1972) (kasus berbeda sedikit) adalah Salah satu komandan AS di Perang Vietnam. Setelah serangkaian kegagalan strategi, beberapa jenderal termasuk dia digeser/diminta pensiun dini, walau tidak selalu diumumkan publik.
* General Stanley McChrystal (AS, 2010) adalah Komandan NATO di Afghanistan. Mundur setelah wawancara di Rolling Stone memperlihatkan kritiknya terhadap pejabat sipil AS. Secara resmi ia menyatakan tanggung jawab penuh atas kegagalan komunikasi dan strategi.
* General David Richards (Inggris, 2002–2006) adalah Komandan NATO di Afghanistan (ISAF). Setelah operasi gagal menstabilkan Afghanistan, ia tidak diperpanjang dan secara de facto mundur dari peran lapangan.
* General Raúl Castro (Kuba, 2008) adalah Sebagai Menteri Pertahanan dan sekaligus tokoh militer, ia mundur dari jabatan formal setelah pengakuan kegagalan ekonomi & militer mempertahankan Kuba (lebih bernuansa politik tapi masih terkait kegagalan kepemimpinan nasional).
* Jenderal Israel – Perang Yom Kippur (1973) adalah Kepala Staf Israel David Elazar mengundurkan diri setelah laporan Agranat Commission menyatakan militer Israel gagal mengantisipasi serangan Mesir & Suriah.
Ini contoh jelas tanggung jawab militer atas kegagalan dalam menjalankan tugasnya. Maka diharapkan Kapolri untuk tahu diri dan malu, sebaiknya MUNDUR.***
Editor Rahmat Kartolo WARTA Global .lD Tajam Berimbang danTer-Upadate
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment