
wartaglobaljabar.id - Indonesia tengah berada di persimpangan sejarah. Krisis sosial-ekologis yang semakin parah kini hadir berlapis dengan krisis pangan, energi, ekonomi, hingga politik. Dalam situasi genting ini, Tubagus Soleh Ahmadi, aktivis lingkungan, menyatakan diri maju sebagai Calon Direktur Eksekutif Nasional WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) periode 2025–2029.
Mengusung visi besar “Memimpin Transformasi Ekologis Indonesia Menuju Tatanan Demokrasi yang Menjamin Kedaulatan Rakyat atas Lingkungan dan Penghidupan yang Adil & Berkelanjutan”, Tubagus menegaskan pentingnya arah baru gerakan lingkungan hidup di Indonesia. Menurutnya, demokrasi lingkungan hari ini telah direduksi, bahkan dibajak, oleh proyek ambisius negara dan oligarki.
“Kita sedang mengalami kebangkrutan ekologi. Hak rakyat atas lingkungan hidup dibunuh secara sistematis melalui kebijakan yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Hutan, laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil kita dirampas demi kepentingan ekstraktif. Padahal wilayah-wilayah ini adalah alamat sosial bangsa kita, identitas masyarakat adat, komunitas lokal, sekaligus ruang hidup generasi masa depan,” ujar Tubagus dikutip dari channel YuoTube WALHI Nasional, pada Kamis (28/08/2025).
Krisis yang Membelit Indonesia
Tubagus menyoroti tiga lapis krisis utama yang menjadi tantangan bersama:
1. Krisis global sosial-ekologis yang berjalan beriringan dengan krisis pangan, energi, ekonomi, dan politik.
2. Keterbatasan upaya pemulihan dan penyelamatan lingkungan hidup yang tidak sebanding dengan laju perusakan, terutama di wilayah hutan, pesisir, laut, dan pulau kecil.
3. Dominasi korporasi atas politik dan ekonomi nasional, yang menjadikan negara rentan, demokrasi lemah, serta hak rakyat atas lingkungan terampas.
Menurutnya, akar masalah dari semua krisis ini adalah institusi politik dan praktik ekonomi yang destruktif serta ekstraktif.
Lima Jalan Transformasi Ekologis
Dalam visi kepemimpinannya di WALHI, Tubagus menawarkan lima agenda transformasi ekologis yang akan menjadi arah perjuangan organisasi dan rakyat:
1. Memulihkan yang rusak, menyelamatkan yang tersisa – demi ruang hidup rakyat dan keberlanjutan bumi.
2. Menjadikan keadilan ekologis sebagai arah perjuangan nasional – menempatkan isu lingkungan sebagai fondasi demokrasi yang adil dan lestari.
3. Memperkuat gerakan politik perempuan – memastikan perempuan sebagai garda depan dalam perjuangan ekologis dan kedaulatan sumber-sumber penghidupan.
4. Membangun ketangguhan organisasi dan komunitas – meningkatkan kemampuan WALHI dan masyarakat sipil dalam merespons krisis.
5. Memperkuat tata kelola organisasi – mewujudkan WALHI yang demokratis, inklusif, dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman.
Gerakan yang Mengakar dan Menjulang
Tubagus mengibaratkan gerakan rakyat harus seperti pohon: berakar pada perjuangan rakyat, meluas dalam jaringan solidaritas, dan menjulang tinggi untuk mengembalikan mandat negara agar bekerja demi keselamatan serta kesejahteraan rakyat.
“Bersama perempuan akar rumput, orang muda pecinta alam, masyarakat adat, komunitas pesisir, hingga pekerja yang memperjuangkan ruang hidupnya, kita harus bersatu menegakkan keadilan ekologis. Bersama kita menangkan demokrasi ekologis,” tegas Tubagus.
Ia menutup deklarasi visi-misinya dengan salam perjuangan: “Salam keadilan, salam solidaritas, salam kesetaraan, salam adil dan Lestari,” pungkasnya.
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment