
Pertama, penegakan hukum harus dilakukan secara tegas terhadap para oknum yang lalai hingga menyebabkan keracunan massal. “Kepala MBG harus diperiksa, bahkan bila perlu dinonaktifkan sementara dari jabatannya, agar proses penyelidikan berjalan transparan dan akuntabel,” tegas Datuk Rajo Kuaso.
Kedua, beliau meminta program MBG dihentikan sementara dan dialihkan ke program yang lebih efektif serta bermanfaat langsung bagi keluarga murid. “Dana MBG lebih baik untuk sementara dialokasikan kepada orang tua murid dalam bentuk bantuan bahan pangan bergizi. Dengan begitu, keluarga dapat mengatur pola makan anak-anaknya secara lebih aman, terjaga kualitasnya, dan sesuai kebutuhan rumah tangga,” lanjutnya.
Peristiwa keracunan yang terjadi, menurut berbagai pihak, disebabkan oleh pengolahan makanan dalam jumlah besar tanpa memperhatikan kualitas dan masa tahan pangan. Hidangan yang dimasak dini hari baru dikonsumsi beberapa jam kemudian, sehingga sayur dan lauk menjadi layu, basi, bahkan berpotensi racun.
Saran-saran dari kalangan ahli, legislatif, hingga tokoh masyarakat telah mengingatkan bahwa program MBG membutuhkan pengawasan ketat, tambahan tenaga pengolah, serta kontrol kualitas yang menyeluruh. Namun faktanya, kelalaian masih terjadi dan menimbulkan korban.
Datuk Rajo Kuaso menegaskan, program negara seharusnya tidak boleh menjadi ajang coba-coba dengan mempertaruhkan kesehatan generasi bangsa. Pemerintah dituntut untuk bersikap arif: segera menghentikan program yang berisiko, lalu mengalihkan anggaran ke mekanisme bantuan yang lebih sederhana, aman, dan bermanfaat langsung bagi rakyat.
“Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Jangan biarkan mereka menjadi korban dari program yang niatnya mulia tapi pelaksanaannya amburadul. Gotong royong bangsa harus dimulai dengan menjaga keselamatan anak-anak kita,” tutupnya.(Red)
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment