
Lagi-lagi Dugaan Bullying Terjadi di Dunia Pendidikan: Stop Bullying di SMPN 1 Tegalwaru
PurwakartaWarta global, ID /– Meskipun pendidikan bertujuan menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi seluruh siswa, kenyataannya masih banyak siswa mengalami intimidasi, pelecehan, dan penindasan di lingkungan sekolah.
Bullying di sekolah telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menimbulkan kecemasan bagi pendidik dan orang tua, karena bullying bukan masalah sepele. Dampaknya bisa sangat merugikan kesehatan mental dan emosional korban.
Dugaan bullying kembali muncul di SMPN 1 Tegalwaru, satu-satunya SMPN berbasis pondok pesantren yang mengedepankan keseimbangan pendidikan formal dan ilmu agama Islam. Namun faktanya, di sekolah ini diduga terjadi tindakan bullying.
Salah satu korban, sebut saja Bunga, siswi kelas 7F, menunjukkan perubahan sikap yang mengkhawatirkan. Beberapa hari terakhir, sepulang sekolah, orang tuanya menemukan Bunga murung, diam, dan sulit diajak bicara. Awalnya orang tua menganggap itu wajar karena Bunga memang pendiam. Namun setelah tiga hari, Bunga akhirnya mau membuka diri dan menceritakan pengalaman bullying yang dialaminya.
Sebelumnya, Bunga sempat meminta orang tuanya memindahkan kelas. Orang tua pun datang ke sekolah untuk menyampaikan permintaan tersebut dan menceritakan pengalaman buruk anaknya.
Bunga sering diejek teman-temannya di sekolah, bahkan satu kelas ikut mengejek dengan berbagai kata kasar. Awalnya hanya beberapa siswa yang mengejek, namun diduga ada beberapa teman yang memprovokasi hingga akhirnya seluruh kelas ikut serta.
Kejadian ini mengubah perilaku Bunga yang awalnya pendiam menjadi lebih tertutup dan sering menyendiri.
Mendengar laporan ini, wartawan media mendatangi pihak sekolah untuk meminta klarifikasi.
Tedy, Guru Bimbingan dan Konseling (BK), mengakui sudah menerima laporan dari wali kelas 7F dan telah memberikan pengarahan agar siswa tidak melakukan bullying. Ia juga menyatakan akan mengadakan konseling dan mediasi antara orang tua murid pelaku dan korban.
“Setelah kedatangan wartawan, saya akan berkoordinasi dengan wali kelas untuk mengadakan mediasi besok,” ujar Tedy.
Namun berbeda dengan wali kelas 7F, Neneng Kurnia, yang melalui telepon menyatakan tidak mengakui adanya bullying seperti yang dilaporkan, dan menganggap kejadian tersebut hal biasa yang sudah diselesaikan.
Pernyataan ini diduga mengabaikan tugas wali kelas yang tidak hanya mengajar pelajaran sesuai kurikulum, tapi juga bertanggung jawab memperhatikan perkembangan perilaku dan prestasi setiap siswa.
Kasus bullying ini menjadi pengingat pentingnya perhatian serius dari seluruh pihak demi terciptanya lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi siswa.
Redaksi Wartagobal ID
**(RK)
KALI DIBACA
No comments:
Post a Comment